BERLIN, JERMAN (INITOGEL) — Kanselir Jerman, Olaf Scholz, secara terbuka menyatakan bahwa ada beberapa kebijakan dan strategi luar negeri yang diadopsi oleh Amerika Serikat (AS) yang saat ini tidak sepenuhnya selaras dengan perspektif dan kepentingan strategis negara-negara Eropa. Pernyataan ini disampaikan Scholz dalam sebuah forum kebijakan luar negeri, menggarisbawahi perlunya Eropa untuk memperkuat kedaulatan strategisnya sendiri.
Komentar Kanselir Scholz ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di kalangan pemimpin Uni Eropa (UE) mengenai potensi pergeseran prioritas AS, terutama menjelang pemilihan presiden AS yang akan datang.
I. Titik Ketidakselarasan Utama
Scholz menyebut beberapa isu spesifik di mana perbedaan pandangan antara Washington dan Ibu Kota Eropa terlihat jelas:
Hubungan dengan China: Eropa, terutama Jerman, menekankan pentingnya menjaga hubungan ekonomi dengan China, sementara strategi AS cenderung lebih konfrontatif dan menuntut pemutusan hubungan (decoupling) di sektor-sektor kritis.
Kebijakan Industri Hijau: UU Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act/IRA) AS dikhawatirkan oleh Eropa akan menarik investasi hijau dari benua tersebut ke AS, sebuah kebijakan yang dianggap tidak selaras dengan semangat kemitraan transatlantik.
Beban Pertahanan: AS secara konsisten mendesak negara-negara UE untuk meningkatkan belanja pertahanan mereka secara drastis, sebuah tuntutan yang bagi beberapa negara Eropa terasa tidak proporsional dengan kemampuan ekonomi dan komitmen sosial mereka.
II. Dorongan untuk Kedaulatan Strategis Eropa
Pernyataan Scholz bukan bertujuan untuk memutuskan hubungan, melainkan untuk menegaskan bahwa Eropa harus mampu menentukan nasib dan kepentingannya sendiri (strategic autonomy).
“Kemitraan transatlantik kita adalah fondasi keamanan dan nilai-nilai bersama, tetapi menjadi mitra sejati berarti kita harus memiliki perspektif yang berdaulat. Eropa harus mampu berbicara dengan satu suara yang kuat, terutama pada isu-isu yang secara langsung memengaruhi ekonomi dan keamanan kita,” ujar Kanselir Scholz.
Jerman, sebagai kekuatan ekonomi terbesar di UE, memiliki peran sentral dalam memimpin diskusi mengenai bagaimana Eropa dapat mengurangi ketergantungan strategisnya, baik dalam energi, teknologi, maupun pertahanan.

